Senin, 01 Juli 2013

SMT II Alam Fikiran Manusia Dan Perkembangannya

MAKALAH IAD

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas Ilmu Alam Dasar

Dosen : Ending Hardi, M.Pd


Disusun Oleh :
Ela Harlina
Iis Siti Aisyah
Kelas 1F (Karyawan)



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2012

BAB 1
Alam Pikiran Manusia dan Perkembangannya

A. Hakikat manusia dan sifat keingintahuannya
•    Manusia dengan kemampuan berfikir dan bernalar dan dengan akal sehatnya memungkinkan untuk selalu berbuat yang baik dan bijaksana untuk dirinya serta lingkungannya.

• Kelebihan manusia dari penghuni bumi lainnya

Manusia mempunyai kelebihan dari makhluk bumi lainnya,karena benda mati tidak mempunyai perilaku tunduk pada hukum alam sedangkan manusia mempunyai perilaku bervariasi yaitu dari perilaku sangat sederhana hingga perilaku sempurna.Namun secara umum makhluk hidup mempunyai prinsip yang sama antara lain daya gerak,naluri mempertahankan diri dan sebagainya.

• Rasa ingin tahu dan terbentuknya ilmu pengetahuan alam

Binatang mempunyai insting untuk kelansungan hidupnya ,memperoleh makanan,serta hal-hal lainnya.Aktivitas tersebut tidak berubah dari waktu ke waktu dan dinyatakan sebagai rasa keingintahuan yang tidak berkembang atau biasa disebut idle curiousty.Sedangkan manusia menggunakan kemampuan otaknya untuk melakukan penalaran,pemikiran logis,dan analis .Oleh Karena itu,manusia memiliki rasa igin tahu yang selalu berkembang yang biasa disebut dengan curiousity.

Secara sederhana perkembangan rasa ingin tahu ini dimulai dengan pertanyaan what “apa” tentang sesuatu kemudian dilanjutkan dengan how kemudian why.Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dari perkembangan ilmu pengetahuan alam.Semua pengetahuan dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.Ilmu ini terus berkembang sejalan dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu,terutama tentang benda yang ada disekelilingnya,alam jagad raya,bahkan dirinya sendiri.Hal tersebut mendorong manusia untuk memahami serta menjelaskan gejala-gejala yang terjadi dan dorongan rasa ingin tahu manusia tersebut membuat mereka mencari jalan keluar dari setiap apa yang terjadi.Pengetahuan tentang satu masalah mendatangkan pertanyaan (masalah) ;ain yang ingin dijawab.

. Sifat Keingintahuan Manusia


Manusia dengan rasa keingintahuannya yang besar selalu berusaha mencari jawaban atas fenomena yang terjadi.Seringkali mereka menerka-nerka sendiri jawabannya.Terkadang jawaban itu tidak logis namun mudah diterima oleh masyarakat awam.Misalnya kenapa ada pelangi mereka membuat jawaban, pelangi adalah selendang bidadari atau kenapa gunung meletus jawabannya karena yang berkuasa marah. Dari hal ini timbulnya pengetahuan tentang bidadari dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu muncul dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran, dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan dengan kemajuan zaman, maka lahirlah ilmu pengetahuan dan metode ilmiah.

Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yati kira-kira 700-600 SM. Orang Babilonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit dan bintang-bintang sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan mereka telah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar ketempat semula, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang orang Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos pengetahuan semacam ini disebut Pseudo science (sains palsu).
Tokoh-tokoh Yunani dan lainnya yang memberikan sumbangan perubahan pemikiran pada waktu itu seperti Anaximander,herakleitos ,phytagoras,aristoteles serta beberapa tokoh lainnya. Pada abab 9-11 ilmu pengetahuan dan filasafat Yunani banyak yang diterjemahkan dan dikembangkan dalam bahasa Arab. Kebudayaan Arab berkembang menjadi kebudayaan Internasional.

Berbagai cara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan,baik melalui pendekatan non-ilmiah (sains semu) ataupun ilmiah.Cara memperoleh pengetahuan dengan pendekatan sains semu dilakukan dengan mengandalkan perasaan,keyakinan tanpa diikuti proses pemikiran yang cermat.Pengetahuan yang diperoleh bisa benar bisa salah seperti pada cara prasangka atau intuisi,serta tidak efisien karena harus mencoba tanpa dasar dan kalaupun benar seringkali hanya kebetulan saja.

B. Perkembangan fisik ,sifat dan pikiran manusia

Fisik manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana berasal dari sel kromosom sperma yang identik dengan kromosom sel telur, pada prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog yang akan menjadi laki-laki.

Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai berdenyut yang selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan kanan pada minggu ke-9. Sedangkan pada minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang ditandai dengan berfungsinya berbagai organ, yang selanjutnya pada usia 18 minggu mulai terasa gerakan dari janin.

Pada usia 32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan dengan kepala di bawah makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini gerakan semakin berkurang. Perkembangan tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai remaja.

Perubahan fisik yang sangat nyata, terjadi pada saat pubertas, yang ditandai di antaranya dengan tanda kedewasaan berupa tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu dan fungsi organ-organ reproduksi (organ genitalia).

Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa.

Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat cepat, dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2 – 7 tahun rasa ingin tahu akan makin besar. Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa walaupun secara emosional belum memadai. Selanjutnya, setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang bertanggung jawab

C. Perkembangan sifat dan pikiran manusia

Dari rasa ingin tahu menyebabkan alam pikiran manusia menjadi berkembang.
Ada 2 macam perkembangan alam pikiran manusia:
1.    Perkembangan alam pikiran manusia sejak jaman purba hingga dewasa ini.
2.    Perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya.
Perkembangan alam pikiran dapat juga disebabkan oleh rangsangan dari luar, tanpa dorongan dari dalam yang berupa rasa ingin tahu. Misalnya: orang dekat hutan menyaksikan kebakaran hutan, oang yang tidak berminat terpaksa mendengarkan ceramah. Hal ini dapat menimbulkan perkembangan alam pikiran manusia, tetapi biasanya tidak mendalam dan tidak tahan lama. Lain halnya jika disebabkan karena rasa ingin tahunya yang kuat.
Menurut A. Comte dalam sejarah perkembangan manusia itu ada 3 tahap yaitu:
1.  Tahap teologi atau tahap metafisika
Pada tahap ini manusia menyusun mitos atau dongeng untuk mengenal realita atau kenyataan, yaitu pengetahuan yang tidak obyektif melainkan subyektif. Mitos ini diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia. Dalam alam pikiran mitos, maka rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya khayal, intuisi dan imajinasi.
Mitos, menurut C.A. Peursen, adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu pada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan, dapat pula diungkapkan lewat tari-tarian, pementasan wayang dll.Inti cerita adalah lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman manusia juga lambang kejahatan & kebaikan, hidup & kematian, dosa & penyucian, perkawinan & kesuburan, Firdaus & akhirat.
Manusia belum mampu memandang obyek atau realita dengan inderanya, sehingga manusia dan alam lebur menjadi satu.
Contoh:
1.    Gunung api meletus hebat, menyebabkan gempa bumi, mengeluarkan lahar dan awan panas, sehingga menimbulkan banyak korban jiwa, dan merusak pemukiman dan persawahan penduduk., pada tahap theologi/ mitos, maka manusia beranggapan bahwa dewa sedang murka.
2.    Gempa bumi  karena altas memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu yang lain.
3.    Gerhana bulan disangka terjadi karena bulan dimakan oleh raksasa.
4.    Bunyi guntur ditimbulkan oleh roda kereta yang dikendarai dewa melintasi langit.
Dalam menghadapi peristiwa yang menakjubkan seperti gerhana, halilintar, banjir, gempa, gunung meletus, manusia primitif selalu menghubungkannya dengan kekuasaan atau perbuatan dewa, hantu, setan, atau makhluk gaib lainnya.
2.  Tahap filsafat
Terdapat dua aliran pemikiran/filsafat dalam perolehan pengetahuan, ialah rasionalisme dan empirisme. Aliran pemikiran yang  mengembangkan pengetahuan berdasarkan logika/deduksi disedut rasionalisme, sedangkan aliran filsafat yang mengandalkan hasil pengamatan dan percobaan / berdasarkan induksi disebut empirisme.

Penalaran Deduktif (Rasionalisme) adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berfikir yang disebut silogisme.
Silogisme itu terdiri atas 2 buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor. Kesimpulan atau konklusi diperoleh dengan penelaran deduktif dari kedua premis tersebut.
Contoh:
    Semua makhluk bernafas    (premis mayor)
    Si Ali adala seorang makhluk    (premis minor)
    Jadi, si Ali juga bernafas    (kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil ini hanya benar, bila kedua premis yang digunakan benar dan cara menarik kesimpulannya juga benar. Jika salah satu dari ketiga salah, maka kesimpulan yang diambil juga tdak benar.

Penalaran Induktif (Empirisme)  adalah cara berfikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus
Contoh:
    Logam besi jika dipanaskan bertambah panjang
Alumunium jika dipanaskan bertambah panjang
Tembaga jika dipanaskan bertambah panjang
Kesimpulannya semua logam jika dipanaskan akan bertambah panjang.

3.  Tahap positif atau tahap ilmu
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh hanya dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak dan lepas dari pengalaman. Demikian juga pengetahuan yang diperoleh hanya dari penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan panca indera. Karena itu himpunan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu pengetahuan.
Agar supaya himpunan pengetahuan itu dapat disebut ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.
Secara lengkap dapat dikatakan bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA bilamana memenuhi persyaratan berikut: obyeknya pengalaman manusia yang berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.
D. Sejarah Pengetahuan Yang Diperoleh Manusia
1. Zaman Purba: di zaman purba manusia kemampuan nya  mengamati alam sekitar.
2.Zaman Yunani : kemampuan berpikir lebih maju,akal sehat,
3. Zaman pertengahan :terdapat penulisan bilangan (angka arab) dan desimal yang memunculkan ilmu aljabar.
4. Zaman Modern :terdapat penemuan yang dapat mengubah pola pikir,didukung oleh alat bantu yang lebih baik.

1.ZAMAN PURBA

    Australopithecus Africanus                         Paranthropus Robustus dan Paranthropus Transvaalensis

Alat dari batu,bercocok tanam dan berternak: merupakan pengalaman dan kemampuan mengamati alam sekitar. Pengetahuan yang diperoleh sampai dengan zaman babilonia:masih mitos,keterbatasan alat indera manusia dan penalaran.

2.ZAMAN YUNANI (600-200 SM)

Pythagoras   

Kemampuan berfikir lebih maju, akal sehat (logika).Beberapa pakar yang berpengaruh :
-Thales (624-548 SM) : Bintang bersinar,bulan pantul sinar matahari.
-Pythagoras (580-500 SM) : Bumi bulat,dalil Pythagoras,unsure dasar.
-Socrates (470-399 SM) : Tonggak I.P.YUNANI,penganut faham logika pemula penyelidik kehidupan manusia .
-Aristoteles (384-322 SM) :Pemikir yunani terbesar,bukukan (intisari),ajaran orang-orang sebelumnya (secara subyektif).Zat tunggal yang dapat bertransmutasi menjadi unsure dasar yang lain seperti:tanah,air,api,udara.
Bukunya “LOGIKA” berisi analisis silogisme (dikenal sebagai metode deduksi).”METAPHYSICA” berisi pengetahuan tentang alam semesta (yang diperoleh oleh yunani disebut “PHYLOSOPHIA “=”CINTA PENGETAHUAN”)

3.ZAMAN PERTENGAHAN (ZAMAN KEEMASAN ISLAM/ARAB)

Al Khawarizmi                       Ibnu Sina

Banyak peninggalan pengetahuan bangsa yunani diterjemahkan dalam bentuk buku,dipakai sebagai acuan dan sebarkan ke eropa.Dikembangkan metode eksperimen yang memungkinkan perluasan bidang kedokteran,farmasi,astronomi,kimia,dan biologi.Penulisan bilangan (angka arab) dan decimal yang memunculkan ilmu ajabar.

4.ZAMAN MODERN (ABAD 15 SAMPAI SEKARANG)

Banyak penemuan yang mengubah pola pikir yang didukung oleh alat Bantu yang lebih baik.Perubahan radikal : geosentrisme ke heliosentrisme oleh Copernicus (1447-1543) = “De Revolutionibus Orbium Caelestium”
Didukung oleh Galileo (1546-1642).Era ini dianggap sebagai titik awal I.P MODERN (teori ilmiah).


       Galileo galilei                                  Copernicus
'
Daftar Pustaka

http://artikelmtm.blogspot.com
http://3.bp.blogspot.com
https://www.google.com
http://1.bp.blogspot.com
http://old.cakka.web.id/node
http://arbigaf.blogspot.com
http://4.bp.blogspot.com
http://info-biografi.blogspot.com
http://3.bp.blogspot.com
http://images.yogianggriawan.com
http://gambarhidup.blogspot.com
http://www.scribd.com
Wikipedia.org
Kastari-animation.org

Rabu, 22 Mei 2013

KEPRIBADIAN ANAK DIDIK DAN FACTOR YANG MEMPENGARUHINYA


KEPRIBADIAN ANAK DIDIK DAN FACTOR YANG MEMPENGARUHINYA

1.1 Pengertian Kepribadian
Menurut Agus Sujanto yang dimaksud kepribadian adalah "kepribadian berasal dari kata personality ( bahasa Inggris) yang berasal dari persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku watak pribadi seseorang".
Gordon W.Allport berpendapat kepribadian adalah Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophycal sistem, that determines his unique adjusment to his environment”. (organisasi dinamis dalam diri manusia (individu) yang terdiri dari sistem psiko fisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik dari individu tersebut terhadap lingkungannya).
Untuk menjelaskan maksud dari rumusan Allport tersebut di atas, maka penulis mengutip pendapat Sumadi Suryabrata,sebagai berikut :
  1. Organisasi dinamis" menekankan kenyataan bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun dalam pada itu ada organisasi sistem yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari pada kepribadian.
  2. Istilah psiko fisik "menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah eksklusif (semata-mata) tetapi kepribadian meliputi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian".
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat kepribadian adalah "semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap dan perasaan, yang dalam keseluruhan dan kebulatan yang akan menentukan corak laku cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan mengecewakan atau menggembirakan".
May berpendapat bahwa “kepribadian adalah suatu aktualisasi dari proses hidup dalam seorang individu yang bebas, terintegrasi dalam masyarakat dan memiliki satu perasaan cemas dalam batin, yang berhubungan dengan religiusitas.
 Pengertian kepribadian menurut Withington adalah “Kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang nampak pada orang lain. Kepribadian ini bukan hanya yang melekat dalam diri seseorang tetapi lebih merupakan hasil dari pada suatu pertumbuhan yang lama suatu kulturil.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu kesatuan dan kebulatan jasmani dan rohani dari seseorang yang bersifat dinamis dan menjadi dasar kesatuan dan kebulatan tindakan yang akan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui cita- cita, sikap, pembicaraan, cara berpikir dan bertindak dengan berdasarkan falsafah hidup yang diyakininya yang bersumber kepada agama yang dipercayai dan diyakininya.
1.2 Aspek-aspek Kepribadian
Para pakar ilmu jiwa mengatakan bahwa aspek kepribadian manusia ada tiga yaitu kejasmanian, aspek kejiwaan dan aspek keharmonisan yang luhur.[18]
  1. Aspek Kejasmanian
Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar.
1)   Yang dikerjakan oleh lesan, seperti membaca Al-Qur’an, mempelajari ilmu yang bermanfaat dan mengerjakannya.
2)   Yang dikerjakan oleh anggota tubuh lain, seperti berbakti kepada orang tua, memnuhi kebutuhan, sholat, puasa, menetapkan suatu berdasarkan musyawarah, memenuhi peraturan, menghormati orang lain dan sebaginya.
2.      Aspek kejiwaan
Meliputi aspek-aspek yang tidak dapat dilihat dan tidak ketahuan dari luar. Seperti : mencintai Allah SWT dan Rosul, mencintai dan memberi karena Allah SWT, ikhlas dalam beramal, sabar tidak sombong, pemaaf, tidak mendendam, tawadhu’ dan lain-lain.

  1. Aspek kerohanian yang luhur
Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian yang mengarah dan memberi corak sebuah kehidupan individu. Bagi yang beragama aspek inilah yang menentukan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Yoesoef Noessyirwan (1978) menganalisis kepribadian ke dalam empat daerah bagian atau aspek, yaitu :
a.    Vitalitas sebagai konstanta dari semangat hidup pribadi.
b.   Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta cara bereaksi dan bergerak.
c.    Watak sebagai konstanta dan hasrat, perasaan dan kehendak pribadi mengenai nilai-nilai.
d.   Kecerdasan, bakat, daya nalar sebagai konstanta kemampuan pribadi.
1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian
Andi Mappiare mengatakan bahwa kepribadian terbentuk dari tiga faktor yaitu pembawaan (hereditas), lingkungan dan citra diri (self concept).
  1. Pembawaan (hereditas)
Pembawaan ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat keturunan. Anak merupakan warisan dari sifat-sifat pembawaan orang tuanya yang merupakan potensi tertentu.
Beberapa ahli ilmu pengetahuan menekankan pentingnya faktor keturunan ini bagi pertumbuhan fisik, mental maupun sifat kepribadian yang diinginkan.

1)      Pertumbuhan fisik
Seorang anak yang kuat dan sehat lebih beruntung dibanding dengan anak yang kecil dan ringkih, ia lebih banyak mengikuti aktivitas-aktivitas sesuai dengan tahap perkembangannya. Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan pengalaman baginya yang merupakan modal dasar bagi perkembangannya. Sedangkan seorang anak yang struktur tubuhnya lebih atau kurang dari temannya, misalnya terlalu gemuk, terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu kurus akan menjadi objek gangguan dan cemoohan tema-teman, hal tersebut dapat mempengaruhi pembentukan sikap dan kepribadiannya.
2)      Kemampuan mental dan bakat khusus
Seorang anak yang pandai pada umur yang muda sudah dapat mengenal hubungan antara dirinya dan benda-benda lingkungannya. Sesuai dengan cara bagaimana seorang anak sejak kecil dianjurkan untuk mengadakan penyesuaian yang pantas, maka ia juga akan cepat mengerti bentuk penyesuaian yang tepat yang seimbang dengan masa kematangan dan tuntutan yang dihadapinya.
2.      Lingkungan
Faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi terbentuknya kepribadian terdiri dari lingkungan bersifat sosial dan lingkungan fisik.
Yang dimaksud lingkungan sosial ialah lingkungan yang terdiri dari sekelompok individu (group) interaksi antara individu tersebut menimbulkan proses sosial dan proses ini mempunyai pengaruh yang penting dalam perkembangan pribadi seseorang dengan pendidikan lingkungan sosial yang disebut pergaulan erat dengan seseorang berupa tingkah laku, sikap, mode pakaian atau cara berpakaian dan sebagainya.
Lingkungan fisik (alam) mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadi seseorang. Yang dimaksud lingkungan alam disini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak selain individu dan benda-benda kebudayaan antara lain keadaan geografis dan klimatologis. Anak yang dibesarkan di daerah pantai akan lain dengan anak yang dibesarkan di daerah pegunungan.
Meskipun kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap kepribadian seseorang, namun kadar pengaruhnya berbeda menurut umur dan fase pertumbuhan.
Faktor lingkungan yang paling berperan dalam perkembangan kepribadian adalah rumah, sekolah dan teman sebaya.
1)   Rumah
Rumah adalah lingkungan pertama yang berperan dalam pembentukan kepribadian. Bebrapa sifat lingkungan rumah yang memungkinkan anak membentuk sifat-sifat kepribadian adalah kesediaan orang tua menerima anak sebagai anggota keluarga, adanya sikap demokratis, keadaaan ekonomis yang serasi, penyesuaian yang baik antara ayah dan ibu dalam pernikahan dan penerimaan sosial para tetangga terhadap keluarga.
Keadaan rumah yang sederhana, bersih, rapi, dimana anak mendapat makanan yang sehat dan anggota keluarga bersikap sedemikian rupa, sehingga memberi rasa aman kepada anak, inilah yang akan membantu perkembangan kepribadian anak ke arah terbentuknya kepribadian yang harmonis dan wajar.
2)      Sekolah
Sekolah adalah tempat dimana anak dapat belajar dan menimba ilmu. Lingkungan sekolah yang bersih, rapi akan membantu anak belajar dengan tenang dan nyaman. Disamping itu hubungan antara siswa dengan guru, dan hubungan antara siswa dengan lingkungan sekolah lainnya perlu dijaga karena hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
3)      Teman sebaya
Baik di sekolah maupun di luar sekolah kepribadian anak banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya. Dalam lingkungan sekolah anak belajar bermain dengan anak lain, belajar bekerjasama dengan anak lain. Anak dan remaja berusaha mencapai realisasi diri melalui keberhasilan, ia harus melebihi hasilnya sendiri untuk dapat maju dan harus dapat menyayangi orang lain juga. Cara-cara yang memberikan keberhasilan dalam persaingan dalam hubungan dengan teman sekolah, akan dipakainya dalam kompetisi selanjutnya. Kebiasaan ini akan berlangsung terus dalam integrasi kepribadian pada masa dewasa.[25]
Dari kedua faktor di atas, faktor lingkungan dan keturunan sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian anak. Faktor keturunan pada umumnya lebih kuat pengaruhnya pada tingkat bayi, sedang faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya apabila insan telah meningkat dewasa.
3.      Citra diri (self concept)
Faktor yang tidak kalah penting dalam memahami perkembangan kepribadian anak ialah self concept (citra diri) yaitu kehidupan kejiwaan yang terdiri atas perasaan, sikap pandang, penilaian, dan anggapan yang semuanya akan terpengaruh dalam keputusan tindakan sehari-hari.
Seseorang dengan citra dirinya menilai dirinya sendiri dan menilai lingkungan sosial.[27] Moral sebagian standart yang muncul dari agama dan lingkungan sosial, memberi konsep-konsep yang baik dan buruk, patut dan tidak patut secara mutlak, akan tetapi seseorang tidak begitu saja menerima melainkan dipertentangkan dengan citra diri yang dimilikinya.
Pengaruh lingkungan dan pembawaan dalam terbentuknya kepribadian seseorang, keduanya saling berkait dan melengkapi satu sama lain tanpa mengabaikan self concept yakni bagaimana seseorang menggunakan potensi yang dimiliki danlingkungannya, karena self concept mempunyai pengaruh yang besar untuk menginterprestasikan kuatnya daya pembawaan dan kuatnya daya lingkungan.
Terbentuknya kepribadian seseorang membutuhkan waktu yang panjang, berangsur-angsur dan kontinue dari bayi hingga mati. Pembentukan sekaligus pembinaan kepribadian individu haruslah terus menerus dibentuk dan dibina secara baik dan wajar menuju kepribadian yang ideal. Untuk mencapai kepribadian yang ideal diperlukan lingkungan yang kondusif dan menuntut adanya kesediaaan, keterbukaan individu terhadap gagasan pengalaman-pengalaman baru
1.4 Upaya dalam Membentuk Kepribadian Peserta Didik
Upaya-upaya dalam pembentukan kepribadian peserta didik adalah dengan memberikan materi pendidikan akhlak yang meliputi :

a.    Penyucian jiwa
b.    Kejujuran dan kebenaran
c.    Menguasai hawa nafsu
d.    Sifat lemah lembut dan rendah hati
e.     Berhati-hati dalam mengambil keputusan
f.      Menjadi teladan yang baik
g.     Beramal shaleh dan berlomba-lomba berbuat baik
h.      Menjaga diri, sabar
i.        Ikhlas
j.        Hidup sederhana
k.       Pintar mendengar kemudian mengikutinya

Menanamkan sifat-sifat di atas terhadap peserta didik dapat disebut upaya dalam membentuk kepribadian peserta didik serta merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai akhlaqul karimah. Sedangkan aspek- aspek pembentukan kepribadian peserta didik adalah sebagai berikut:
a.     Aspek idiil atau dasar bersumber dari ajaran wahyu
b.     Aspek materiil atau bahan berupa pedoman dan ajaran yang terangkum dalam materi            bagi pembentukan akhlakul karimah
c.     Aspek sosial menitik beratkan kepada hubungan yang baik antara sesama makhluk khususnya manusia.`
d.     Aspek teologi pembangunan kepentingan manusia ditujukan pada pembangunan  nilai-nilai tauhid sehingga upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.
e.      Demostorial atas penghargaan terhadap paham lawan yang berbeda
f.     Fitrah manusia, meliputi bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan jasmani dan rohani ruh.

Jadi pembentukan kepribadian peserta didik itu harus seluruh aspek-aspeknya supaya pembentukan kepribadian menjadi paripurna, menyeluruh, terarah dan berimbang. Selain upaya-upaya di atas, upaya pembentukan kepribadian peserta didik yang dapat kita lakukan antara lain :

a.  Pendidikan Keluarga
          Pendidikan keluarga adalah tempat tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama dan utama sebelum anak mengenai sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, sehingga sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga adalah ayah dan ibu. Jadi baik dan buruknya pendidikan anak-anak dalam keluarga tergantung orang tuanya. Hal ini sesuai firman Allah dalam surat at Tahrim ayat 6 :
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.... (QS. at Tahrim : 6)".
Berdasarkan ayat di atas, jelaslah bahwa sebagai orang tua ham memberikan pengaruh kepadanya, yakni dengan cara mendidiknya dengan ajaran Islam, seperti tentang keimanan, ketaqwaan, serta akhlak Islam atau dengan kata lain bahwa orang tua sebagai contoh yang akan ditiru oleh anak-anaknya.   Karena orang tua kelak harus bertanggung jawab menyelamatkan keluarganya dari siksa api neraka.
b.  Pendidikan di Sekolah
     Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam pendidikan pengajaran, belajar yang tidak didapatkan si anak dalam keluarga. Dengan  adanya pendidikan di sekolah maka pendidiknya adalah guru. Seorang guru di samping memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan pendidikan agama, juga berfungsi sebagai pembantu keluarga untuk menjadi seorang pendidik dalam usaha pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini guru agamalah yang sangat berperan dalam membentuk kepribadian muslim pada anak didik atau murid.
c.  Lingkungan Masyarakat
   Pendidikan di masyarakat dapat dikatakan pendidikan tidak langsung, yang dilaksanakan secara tidak sadar baik oleh anak didik itu sendiri maupun masyarakat. Lembaga pendidikan masyarakat turut membantu pendidikan anak didik dalam usaha membentuk sikap sosial, keagamaan dan menambah ilmu pengetahuan. Pendidikan masyarakat juga disebut dengan pendidikan non formal.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa pembentukan kepribadian peserta didik di lembaga pendidikan formal atau sekolah, terutama pendidikan agama Islam sangatlah mengutamakan terbinanya akhlak yang baik pada manusia. Setiap orang Islam harus berusaha membentuk kepribadiannya karena dalam membentuk kepribadian bukanlah hal yang mudah, melainkan sangat memerlukan waktu yang lama, ketabahan, keuletan dalam mendidik anaknya hingga kepribadian akan tercapai sesuai dengan ajaran Islam. Abdul Sani, dalam bukunya mengatakan bahwa :
   Menanamkan pendidikan dalam jiwa si anak agar mempunyai akhlak yang bermoral tinggi, berbudi luhur terhadap siapapun juga dan bila mana saja, tidak mengenai ruang dan tempat, kalau berkata benar, berbicara jujur, hidup mempunyai malu, jangan suka berdusta, penipu, memelihara amanah dan menepati janji, sopan santun dalam bergaul sesama manusia, jangan bersifat angkuh, sombong, tetapi jangan pula terlalu merendahkan diri, sebaiknya manusia itu bersifat sederhana.  
Bertolak dari pendapat di atas, bahwa pembentukan kepribadian seorang peserta didik tidak seperti apa yang kita bayangkan, namun ditempuh dalam waktu yang lama, bahkan sejak kecil pun harus sudah dilatih berbuat dan bersikap baik, yang tidak mengenai tempat, waktu dan situasi. Dengan memberikan latihan-latihan berbuat baik diharapkan peserta didik kelak menjadi dewasa ia mempunyai kepribadian muslim, yang dari aspek-aspek kepribadian tersebut harus dilandasi dengan ajaran Islam.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Peserta Didik
Pendidikan agama yang diterima oleh anak didalam keluarga merupakan bekal untuk melanjutkan pendidikan di sekolah, hal ini kita sadari karena sekolah merupakan tindak lanjut dari pendidikan keluarga. Sebagai pendidik tentunya juga menyadari hal tersebut bahwa anak datang dari berbagai lingkungan keluarga yang berbeda, artinya berbagai pengalaman yang dibawa oleh anak dari keluarga sehingga akan beraneka ragam corak kepribadiannya. Oleh karena itu seorang pendidik di dalam menjalankan tugasnya, di samping mengajarkan ilmu pengetahuan juga harus dapat membuat hubungan timbal balik terhadap anak didik. Sebab pekerjaan guru itu menyangkut beberapa faktor yaitu :
  1. Jiwa atau kepribadian anak yang satu sama lainnya berbeda keadaannya, pertumbuhan dan perkembangannya serta wataknya, yang kesemua itu membutuhkan bimbingan yang tepat dari guru.
  2. Kepribadian guru itu sendiri merupakan alat yang sangat tajam bagi pelaksanaan pendidikan anak di dalam pendidikan sekolah, sehingga kepribadian guru menjadi ciri dari kesuksesannya.
  3. Ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru,seperti metodologi pengajaran, karena dengan ilmu pengetahuan inilah yang akan masuk pada jiwa anak didik.
Dalam hal ini tentu saja peranan gurulah yang sangat' menentukan dalam pembinaan kepribadian anak, karena di samping guru berperan sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pendorong dan pengarah serta bertanggung jawab untuk melihat segala yang terjadi pada diri peserta didik sehingga perilaku keseharian peserta didik dapat selalu dipantau dan diawasi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari apa yang dikemukakan oleh Slameto, bahwa secara terperinci tugas guru itu berpusat pada :
  1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
  2. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai
  3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.










Sumber :

Agus Sujanto dan Halem Lubis Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian, Bumi Aksara Jakarta, 2001,

Sarlito Wirawan Sanvono, Pengantar Umum Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1997,

Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, Raja Grafmdo, Jakarta, 2002,

Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta, 1982,

Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Grafindo Persada, Jakarta, 1996,

Departemen Agama RL, Al Quran dan Terjemahnya,

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Renika Cipta, Jakarta, 2003,

Abdul Sani, Anak yang Sholeh, Bulan Bintang, Jakarta, 1974,