KEPRIBADIAN ANAK DIDIK DAN FACTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
1.1 Pengertian
Kepribadian
Menurut Agus Sujanto yang dimaksud kepribadian adalah
"kepribadian berasal dari kata personality ( bahasa Inggris) yang berasal dari persona (bahasa
Latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai
oleh pemain-pemain panggung yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku watak
pribadi seseorang".
Gordon W.Allport berpendapat kepribadian adalah “Personality is the dynamic
organization within the individual of those psychophycal sistem, that
determines his unique adjusment to his environment”. (organisasi
dinamis dalam diri manusia (individu) yang terdiri dari sistem psiko fisik yang
menentukan cara penyesuaian diri yang unik dari individu tersebut terhadap
lingkungannya).
Untuk menjelaskan maksud dari rumusan Allport tersebut di atas, maka
penulis mengutip pendapat Sumadi Suryabrata,sebagai berikut :
- Organisasi
dinamis" menekankan kenyataan bahwa kepribadian itu selalu berkembang
dan berubah walaupun dalam pada itu ada organisasi sistem yang mengikat
dan menghubungkan berbagai komponen dari pada kepribadian.
- Istilah
psiko fisik "menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah eksklusif (semata-mata)
tetapi kepribadian meliputi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah)
dalam kesatuan kepribadian".
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat
kepribadian adalah "semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap
dan perasaan, yang dalam keseluruhan dan kebulatan yang akan menentukan corak
laku cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan mengecewakan atau
menggembirakan".
May berpendapat bahwa “kepribadian
adalah suatu aktualisasi dari proses hidup dalam seorang individu yang bebas,
terintegrasi dalam masyarakat dan memiliki satu perasaan cemas dalam batin,
yang berhubungan dengan religiusitas.
Pengertian kepribadian menurut Withington adalah
“Kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku seseorang yang diintegrasikan,
sebagaimana yang nampak pada orang lain. Kepribadian ini bukan hanya yang
melekat dalam diri seseorang tetapi lebih merupakan hasil dari pada suatu
pertumbuhan yang lama suatu kulturil.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
kepribadian adalah suatu kesatuan dan kebulatan jasmani dan rohani dari
seseorang yang bersifat dinamis dan menjadi dasar kesatuan dan kebulatan
tindakan yang akan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui cita-
cita, sikap, pembicaraan, cara berpikir dan bertindak dengan berdasarkan
falsafah hidup yang diyakininya yang bersumber kepada agama yang dipercayai dan
diyakininya.
1.2 Aspek-aspek Kepribadian
Para pakar ilmu jiwa mengatakan
bahwa aspek kepribadian manusia ada tiga yaitu kejasmanian, aspek kejiwaan dan
aspek keharmonisan yang luhur.[18]
- Aspek Kejasmanian
Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan
dari luar.
1) Yang dikerjakan oleh lesan, seperti membaca
Al-Qur’an, mempelajari ilmu yang bermanfaat dan mengerjakannya.
2) Yang dikerjakan oleh anggota tubuh lain, seperti
berbakti kepada orang tua, memnuhi kebutuhan, sholat, puasa, menetapkan suatu
berdasarkan musyawarah, memenuhi peraturan, menghormati orang lain dan
sebaginya.
2.
Aspek kejiwaan
Meliputi aspek-aspek yang tidak dapat dilihat dan tidak
ketahuan dari luar. Seperti : mencintai Allah SWT dan Rosul, mencintai dan
memberi karena Allah SWT, ikhlas dalam beramal, sabar tidak sombong, pemaaf,
tidak mendendam, tawadhu’ dan lain-lain.
- Aspek
kerohanian yang luhur
Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu
filsafat hidup dan kepercayaan, meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap
di dalam kepribadian yang mengarah dan memberi corak sebuah kehidupan individu.
Bagi yang beragama aspek inilah yang menentukan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
Yoesoef Noessyirwan (1978) menganalisis kepribadian ke dalam
empat daerah bagian atau aspek, yaitu :
a. Vitalitas sebagai konstanta dari semangat
hidup pribadi.
b. Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak
pengalaman pribadi serta cara bereaksi dan bergerak.
c. Watak sebagai konstanta dan hasrat, perasaan
dan kehendak pribadi mengenai nilai-nilai.
d. Kecerdasan, bakat, daya nalar sebagai konstanta
kemampuan pribadi.
1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian
Andi Mappiare mengatakan bahwa
kepribadian terbentuk dari tiga faktor yaitu pembawaan (hereditas),
lingkungan dan citra diri (self concept).
- Pembawaan (hereditas)
Pembawaan ialah segala sesuatu yang
telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang
bersifat keturunan. Anak merupakan warisan dari sifat-sifat pembawaan orang
tuanya yang merupakan potensi tertentu.
Beberapa ahli ilmu pengetahuan
menekankan pentingnya faktor keturunan ini bagi pertumbuhan fisik, mental
maupun sifat kepribadian yang diinginkan.
1) Pertumbuhan fisik
Seorang
anak yang kuat dan sehat lebih beruntung dibanding dengan anak yang kecil dan
ringkih, ia lebih banyak mengikuti aktivitas-aktivitas sesuai dengan tahap
perkembangannya. Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan pengalaman baginya yang merupakan modal dasar bagi perkembangannya.
Sedangkan seorang anak yang struktur tubuhnya lebih atau kurang dari temannya,
misalnya terlalu gemuk, terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu kurus akan
menjadi objek gangguan dan cemoohan tema-teman, hal tersebut dapat mempengaruhi
pembentukan sikap dan kepribadiannya.
2) Kemampuan mental dan bakat
khusus
Seorang anak yang pandai pada umur
yang muda sudah dapat mengenal hubungan antara dirinya dan benda-benda
lingkungannya. Sesuai dengan cara bagaimana seorang anak sejak kecil dianjurkan
untuk mengadakan penyesuaian yang pantas, maka ia juga akan cepat mengerti
bentuk penyesuaian yang tepat yang seimbang dengan masa kematangan dan tuntutan
yang dihadapinya.
2.
Lingkungan
Faktor lingkungan yang ikut
mempengaruhi terbentuknya kepribadian terdiri dari lingkungan bersifat sosial
dan lingkungan fisik.
Yang dimaksud lingkungan sosial
ialah lingkungan yang terdiri dari sekelompok individu (group) interaksi antara
individu tersebut menimbulkan proses sosial dan proses ini mempunyai pengaruh
yang penting dalam perkembangan pribadi seseorang dengan pendidikan lingkungan
sosial yang disebut pergaulan erat dengan seseorang berupa tingkah laku, sikap,
mode pakaian atau cara berpakaian dan sebagainya.
Lingkungan fisik (alam) mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan pribadi seseorang. Yang dimaksud lingkungan alam
disini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak selain individu dan
benda-benda kebudayaan antara lain keadaan geografis dan klimatologis. Anak
yang dibesarkan di daerah pantai akan lain dengan anak yang dibesarkan di
daerah pegunungan.
Meskipun kebudayaan mempunyai
pengaruh terhadap kepribadian seseorang, namun kadar pengaruhnya berbeda
menurut umur dan fase pertumbuhan.
Faktor lingkungan yang paling berperan dalam perkembangan
kepribadian adalah rumah, sekolah dan teman sebaya.
1) Rumah
Rumah adalah lingkungan pertama yang
berperan dalam pembentukan kepribadian. Bebrapa sifat lingkungan rumah yang
memungkinkan anak membentuk sifat-sifat kepribadian adalah kesediaan orang tua
menerima anak sebagai anggota keluarga, adanya sikap demokratis, keadaaan
ekonomis yang serasi, penyesuaian yang baik antara ayah dan ibu dalam
pernikahan dan penerimaan sosial para tetangga terhadap keluarga.
Keadaan rumah yang sederhana, bersih,
rapi, dimana anak mendapat makanan yang sehat dan anggota keluarga bersikap
sedemikian rupa, sehingga memberi rasa aman kepada anak, inilah yang akan
membantu perkembangan kepribadian anak ke arah terbentuknya kepribadian yang
harmonis dan wajar.
2) Sekolah
Sekolah adalah tempat dimana anak
dapat belajar dan menimba ilmu. Lingkungan sekolah yang bersih, rapi akan
membantu anak belajar dengan tenang dan nyaman. Disamping itu hubungan antara
siswa dengan guru, dan hubungan antara siswa dengan lingkungan sekolah lainnya
perlu dijaga karena hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian
anak.
3) Teman sebaya
Baik di sekolah maupun di luar
sekolah kepribadian anak banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya. Dalam
lingkungan sekolah anak belajar bermain dengan anak lain, belajar bekerjasama
dengan anak lain. Anak dan remaja berusaha mencapai realisasi diri melalui
keberhasilan, ia harus melebihi hasilnya sendiri untuk dapat maju dan harus
dapat menyayangi orang lain juga. Cara-cara yang memberikan keberhasilan dalam
persaingan dalam hubungan dengan teman sekolah, akan dipakainya dalam kompetisi
selanjutnya. Kebiasaan ini akan berlangsung terus dalam integrasi kepribadian
pada masa dewasa.[25]
Dari kedua faktor di atas, faktor
lingkungan dan keturunan sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian anak.
Faktor keturunan pada umumnya lebih kuat pengaruhnya pada tingkat bayi, sedang
faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya apabila insan telah meningkat dewasa.
3.
Citra diri (self concept)
Faktor yang tidak kalah penting
dalam memahami perkembangan kepribadian anak ialah self concept (citra
diri) yaitu kehidupan kejiwaan yang terdiri atas perasaan, sikap pandang,
penilaian, dan anggapan yang semuanya akan terpengaruh dalam keputusan tindakan
sehari-hari.
Seseorang dengan citra dirinya
menilai dirinya sendiri dan menilai lingkungan sosial.[27] Moral sebagian
standart yang muncul dari agama dan lingkungan sosial, memberi konsep-konsep
yang baik dan buruk, patut dan tidak patut secara mutlak, akan tetapi seseorang
tidak begitu saja menerima melainkan dipertentangkan dengan citra diri yang
dimilikinya.
Pengaruh lingkungan dan pembawaan
dalam terbentuknya kepribadian seseorang, keduanya saling berkait dan
melengkapi satu sama lain tanpa mengabaikan self concept yakni bagaimana
seseorang menggunakan potensi yang dimiliki danlingkungannya, karena self
concept mempunyai pengaruh yang besar untuk menginterprestasikan kuatnya
daya pembawaan dan kuatnya daya lingkungan.
Terbentuknya
kepribadian seseorang membutuhkan waktu yang panjang, berangsur-angsur dan kontinue
dari bayi hingga mati. Pembentukan sekaligus pembinaan kepribadian individu
haruslah terus menerus dibentuk dan dibina secara baik dan wajar menuju
kepribadian yang ideal. Untuk mencapai kepribadian yang ideal diperlukan
lingkungan yang kondusif dan menuntut adanya kesediaaan, keterbukaan individu
terhadap gagasan pengalaman-pengalaman baru
1.4 Upaya dalam
Membentuk Kepribadian Peserta Didik
Upaya-upaya dalam pembentukan kepribadian peserta didik adalah dengan
memberikan materi pendidikan akhlak yang meliputi :
a. Penyucian jiwa
b. Kejujuran dan
kebenaran
c. Menguasai hawa
nafsu
d. Sifat lemah
lembut dan rendah hati
e. Berhati-hati
dalam mengambil keputusan
f. Menjadi teladan
yang baik
g. Beramal shaleh
dan berlomba-lomba berbuat baik
h. Menjaga diri,
sabar
i.
Ikhlas
j. Hidup sederhana
k.
Pintar
mendengar kemudian mengikutinya
Menanamkan sifat-sifat di atas terhadap peserta didik dapat disebut upaya
dalam membentuk kepribadian peserta didik serta merupakan suatu pembentukan
kebiasaan yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai akhlaqul karimah. Sedangkan
aspek- aspek pembentukan kepribadian peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Aspek idiil atau dasar bersumber dari
ajaran wahyu
b. Aspek materiil
atau bahan berupa pedoman dan ajaran yang terangkum dalam materi bagi pembentukan akhlakul karimah
c. Aspek sosial
menitik beratkan kepada hubungan yang baik antara sesama makhluk khususnya
manusia.`
d. Aspek teologi
pembangunan kepentingan manusia ditujukan pada pembangunan nilai-nilai
tauhid sehingga upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah
yang setia.
e. Demostorial
atas penghargaan terhadap paham lawan yang berbeda
f.
Fitrah manusia,
meliputi bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan jasmani dan rohani
ruh.
Jadi pembentukan kepribadian peserta didik itu harus seluruh aspek-aspeknya
supaya pembentukan kepribadian menjadi paripurna, menyeluruh, terarah dan
berimbang. Selain upaya-upaya di atas, upaya pembentukan kepribadian peserta
didik yang dapat kita lakukan antara lain :
a. Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga
adalah tempat tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama dan utama sebelum
anak mengenai sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan keluarga
sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, sehingga sebagai
pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga adalah ayah dan ibu. Jadi baik
dan buruknya pendidikan anak-anak dalam keluarga tergantung orang tuanya. Hal
ini sesuai firman Allah dalam surat at Tahrim ayat 6 :
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa
api neraka.... (QS. at Tahrim : 6)".
Berdasarkan ayat di atas, jelaslah bahwa sebagai orang tua ham memberikan
pengaruh kepadanya, yakni dengan cara mendidiknya dengan ajaran Islam, seperti
tentang keimanan, ketaqwaan, serta akhlak Islam atau dengan kata lain bahwa
orang tua sebagai contoh yang akan ditiru oleh anak-anaknya. Karena
orang tua kelak harus bertanggung jawab menyelamatkan keluarganya dari siksa
api neraka.
b. Pendidikan di Sekolah
Sekolah berfungsi sebagai
pembantu keluarga dalam pendidikan pengajaran, belajar yang tidak didapatkan si
anak dalam keluarga. Dengan adanya pendidikan di sekolah maka pendidiknya
adalah guru. Seorang guru di samping memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan
dan pendidikan agama, juga berfungsi sebagai pembantu keluarga untuk menjadi
seorang pendidik dalam usaha pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini guru
agamalah yang sangat berperan dalam membentuk kepribadian muslim pada anak
didik atau murid.
c. Lingkungan Masyarakat
Pendidikan di masyarakat dapat dikatakan
pendidikan tidak langsung, yang dilaksanakan secara tidak sadar baik oleh anak
didik itu sendiri maupun masyarakat. Lembaga pendidikan masyarakat turut
membantu pendidikan anak didik dalam usaha membentuk sikap sosial, keagamaan
dan menambah ilmu pengetahuan. Pendidikan masyarakat juga disebut dengan
pendidikan non formal.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa pembentukan
kepribadian peserta didik di lembaga pendidikan formal atau sekolah, terutama
pendidikan agama Islam sangatlah mengutamakan terbinanya akhlak yang baik pada
manusia. Setiap orang Islam harus berusaha membentuk kepribadiannya karena
dalam membentuk kepribadian bukanlah hal yang mudah, melainkan sangat
memerlukan waktu yang lama, ketabahan, keuletan dalam mendidik anaknya hingga
kepribadian akan tercapai sesuai dengan ajaran Islam. Abdul Sani, dalam bukunya
mengatakan bahwa :
Menanamkan pendidikan dalam jiwa si anak
agar mempunyai akhlak yang bermoral tinggi, berbudi luhur terhadap siapapun
juga dan bila mana saja, tidak mengenai ruang dan tempat, kalau berkata benar,
berbicara jujur, hidup mempunyai malu, jangan suka berdusta, penipu, memelihara
amanah dan menepati janji, sopan santun dalam bergaul sesama manusia, jangan
bersifat angkuh, sombong, tetapi jangan pula terlalu merendahkan diri,
sebaiknya manusia itu bersifat sederhana.
Bertolak dari pendapat di atas, bahwa pembentukan
kepribadian seorang peserta didik tidak seperti apa yang kita bayangkan, namun
ditempuh dalam waktu yang lama, bahkan sejak kecil pun harus sudah dilatih
berbuat dan bersikap baik, yang tidak mengenai tempat, waktu dan situasi.
Dengan memberikan latihan-latihan berbuat baik diharapkan peserta didik kelak
menjadi dewasa ia mempunyai kepribadian muslim, yang dari aspek-aspek
kepribadian tersebut harus dilandasi dengan ajaran Islam.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Peserta Didik
Pendidikan agama yang diterima oleh anak didalam keluarga
merupakan bekal untuk melanjutkan pendidikan di sekolah, hal ini kita sadari
karena sekolah merupakan tindak lanjut dari pendidikan keluarga. Sebagai
pendidik tentunya juga menyadari hal tersebut bahwa anak datang dari berbagai
lingkungan keluarga yang berbeda, artinya berbagai pengalaman yang dibawa oleh
anak dari keluarga sehingga akan beraneka ragam corak kepribadiannya. Oleh
karena itu seorang pendidik di dalam menjalankan tugasnya, di samping
mengajarkan ilmu pengetahuan juga harus dapat membuat hubungan timbal balik
terhadap anak didik. Sebab pekerjaan guru itu menyangkut beberapa faktor yaitu
:
- Jiwa atau
kepribadian anak yang satu sama lainnya berbeda keadaannya, pertumbuhan
dan perkembangannya serta wataknya, yang kesemua itu membutuhkan bimbingan
yang tepat dari guru.
- Kepribadian
guru itu sendiri merupakan alat yang sangat tajam bagi pelaksanaan
pendidikan anak di dalam pendidikan sekolah, sehingga kepribadian guru
menjadi ciri dari kesuksesannya.
- Ilmu
pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru,seperti metodologi pengajaran,
karena dengan ilmu pengetahuan inilah yang akan masuk pada jiwa anak
didik.
Dalam hal ini tentu saja peranan gurulah yang sangat' menentukan
dalam pembinaan kepribadian anak, karena di samping guru berperan sebagai
pengajar, guru juga berperan sebagai pendorong dan pengarah serta bertanggung
jawab untuk melihat segala yang terjadi pada diri peserta didik sehingga
perilaku keseharian peserta didik dapat selalu dipantau dan diawasi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari apa yang dikemukakan oleh Slameto,
bahwa secara terperinci tugas guru itu berpusat pada :
- Mendidik
dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
- Memberikan
fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai
- Membantu
perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri.
Sumber
:
Agus Sujanto dan Halem Lubis Taufik Hadi, Psikologi
Kepribadian, Bumi Aksara Jakarta, 2001,
Sarlito Wirawan Sanvono, Pengantar Umum Psikologi,
Bulan Bintang, Jakarta, 1997,
Sumadi
Suryabrata, Psikologi Kepribadian, Raja Grafmdo, Jakarta, 2002,
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Bulan Bintang,
Jakarta, 1982,
Jalaludin
dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Grafindo Persada, Jakarta,
1996,
Departemen
Agama RL, Al Quran dan Terjemahnya,
Slameto,
Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Renika Cipta, Jakarta,
2003,
Abdul Sani, Anak yang Sholeh, Bulan Bintang,
Jakarta, 1974,
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus